Profil Desa Plodongan
Ketahui informasi secara rinci Desa Plodongan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Plodongan, Sukoharjo, Wonosobo. Kenali desa ini sebagai jantung agribisnis Salak Pondoh di Wonosobo Selatan, yang didukung oleh sistem pertanian terpadu dan peran aktif Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam menopang ekonomi lokal.
-
Jantung Agribisnis Salak Pondoh
Merupakan pusat utama dan salah satu produsen terbesar komoditas Salak Pondoh di Kecamatan Sukoharjo, yang telah menjadi penggerak utama dan ikon ekonomi desa.
-
Sistem Pertanian Terpadu dan Produktif
Menerapkan model pertanian terintegrasi yang efisien, menggabungkan lahan persawahan untuk ketahanan pangan dengan perkebunan salak untuk pendapatan tunai.
-
Kelembagaan Lokal yang Aktif dan Inovatif
Memiliki lembaga desa yang proaktif, khususnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk, mengelola potensi desa, dan menyejahterakan masyarakat.
Berada di kawasan perbukitan subur di sisi selatan Kabupaten Wonosobo, Desa Plodongan di Kecamatan Sukoharjo telah menjelma menjadi sebuah pusat agribisnis yang dinamis dan berdaya saing. Jauh dari citra desa pertanian subsisten, Plodongan merupakan jantung dari industri Salak Pondoh di wilayahnya, di mana hampir setiap jengkal lahan perkebunan menjadi sumber kemakmuran. Didukung oleh sistem pertanian terpadu dan kelembagaan lokal yang inovatif seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Desa Plodongan adalah etalase keberhasilan pembangunan ekonomi pedesaan yang berbasis pada potensi unggulan lokal, kerja keras dan visi kolektif.
Geografi dan Tipologi Lahan
Desa Plodongan terletak di wilayah dengan topografi bergelombang khas perbukitan selatan Wonosobo. Berada pada ketinggian menengah dengan iklim tropis yang hangat, wilayah ini memiliki kondisi agronomis yang sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman produktif. Kontur tanahnya yang bervariasi secara cerdas dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menciptakan sistem pertanian berlapis yang sangat efisien.Berdasarkan data administrasi yang dirilis melalui website desa dan data BPS per tanggal 17 September 2025, luas wilayah Desa Plodongan adalah 2,98 kilometer persegi (km²). Tipologi lahannya terbagi secara jelas: area lembah yang lebih datar dan memiliki akses air dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, sementara lereng-lereng perbukitan yang dominan diubah menjadi perkebunan Salak Pondoh yang rimbun. Secara administratif, desa ini berbatasan dengan Desa Gumiwang di sebelah utara, Desa Pucungwetan di sebelah timur, Desa Kalibening di sebelah selatan, dan Desa Karanganyar di sebelah barat. Perpaduan tipologi lahan ini menjadi fondasi bagi model pertanian terpadu yang menopang ketahanan pangan sekaligus pendapatan tunai warga.
Demografi dan Etos Kerja Masyarakat
Menurut data kependudukan terbaru, jumlah penduduk Desa Plodongan tercatat sebanyak 4.560 jiwa. Dengan luas wilayahnya, maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.530 jiwa per km². Sebagian besar penduduknya adalah petani, namun dengan spesialisasi yang kuat sebagai petani salak. Etos kerja masyarakat Desa Plodongan tidak hanya sebatas pada budidaya, tetapi juga telah berkembang ke arah kewirausahaan agribisnis.Keterampilan dalam menyortir, mengemas, dan memasarkan salak telah menjadi keahlian umum di kalangan warga. Kehidupan sosial masyarakatnya sangat komunal atau guyub, di mana kerja sama dalam kelompok tani menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kualitas dan produktivitas kebun. Semangat untuk maju bersama ini menjadi modal sosial yang tak ternilai, mendorong desa untuk terus berinovasi dan meningkatkan daya saing komoditas unggulannya.
Salak Pondoh sebagai Penggerak Utama Ekonomi
Jika mencari pusat agribisnis Salak Pondoh di Wonosobo Selatan, maka Desa Plodongan adalah jantungnya. Perkebunan salak mendominasi lanskap dan perekonomian desa secara mutlak. Hampir setiap keluarga memiliki atau mengelola kebun salak, yang menjadi sumber pendapatan utama dan paling diandalkan. Salak Pondoh dari Plodongan dan sekitarnya terkenal karena rasanya yang manis, teksturnya yang renyah, dan ukurannya yang relatif seragam, membuatnya sangat diminati oleh pasar.Aktivitas ekonomi di desa ini berputar mengikuti siklus panen salak yang berlangsung hampir sepanjang tahun. Setiap hari, para petani memanen buah salak dari kebunnya, yang kemudian dibawa ke pengepul lokal atau dijual melalui BUMDes. Rantai nilai ini menciptakan banyak lapangan kerja, mulai dari pemetik, penyortir, pengepak, hingga pedagang. "Di Plodongan, hampir setiap rumah punya kebun salak. Buah ini yang menyekolahkan anak-anak kami sampai sarjana," ungkap seorang petani senior, menggambarkan dampak transformatif komoditas ini bagi kesejahteraan masyarakat.
Peran Strategis Kelembagaan Desa (BUMDes)
Salah satu kunci keberhasilan agribisnis di Desa Plodongan adalah peran aktif dari kelembagaan desa, terutama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Plodongan Makmur". Informasi dari website desa seringkali menyoroti peran BUMDes sebagai agregator dan stabilisator ekonomi. BUMDes ini memiliki unit usaha yang fokus pada perdagangan hasil bumi, khususnya salak. Dengan membeli salak langsung dari petani dengan harga yang wajar, BUMDes membantu memotong rantai tengkulak yang seringkali merugikan petani.Selain unit perdagangan, BUMDes Plodongan juga seringkali mengelola usaha lain seperti penyediaan sarana produksi pertanian (saprotan), simpan pinjam, atau pengelolaan aset desa lainnya. Keberadaan BUMDes yang profesional dan akuntabel ini tidak hanya meningkatkan pendapatan asli desa (PADes), tetapi juga secara langsung memberdayakan ekonomi warga. Lembaga ini menjadi bukti bahwa desa mampu membangun korporasi lokalnya sendiri untuk mengelola potensinya secara mandiri dan berdaulat.
Pertanian Komplementer: Padi dan Palawija
Meskipun salak menjadi primadona, masyarakat Desa Plodongan tidak melupakan pentingnya ketahanan pangan. Lahan persawahan di lembah tetap dipertahankan dan diolah secara produktif untuk menanam padi. Ini merupakan strategi cerdas di mana perkebunan salak berfungsi sebagai mesin penghasil uang tunai (cash crop), sementara sawah berfungsi sebagai jaring pengaman sosial yang memastikan kebutuhan pangan pokok keluarga terpenuhi. Di beberapa lahan kering lainnya, tanaman palawija seperti singkong dan jagung juga ditanam sebagai sumber pangan dan pakan ternak tambahan. Sistem pertanian komplementer inilah yang membuat struktur ekonomi desa menjadi sangat tangguh.
Penutup: Model Agribisnis Pedesaan yang Unggul
Desa Plodongan, Kecamatan Sukoharjo, telah berhasil memposisikan dirinya sebagai sebuah model pengembangan agribisnis pedesaan yang unggul. Dengan fokus yang tajam pada komoditas unggulan Salak Pondoh, didukung oleh sistem pertanian terpadu dan diperkuat oleh kelembagaan desa yang inovatif, Plodongan menunjukkan bahwa desa mampu menjadi pemain ekonomi yang signifikan. Tantangan ke depan meliputi isu regenerasi petani, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta inovasi dalam pengolahan produk turunan salak untuk meningkatkan nilai tambah. Namun dengan fondasi yang telah dibangun, Desa Plodongan berada di jalur yang tepat untuk terus tumbuh sebagai pusat kemakmuran di Wonosobo Selatan.
